Sambal Setan, Keripik Setan, Steak Setan, Dll

Hari ini banyak tempat kuliner yang menawarkan menu dengan nama “setan” untuk menunjukkan tingkat pedasnya yang sangat pedas. Apakah hal semacam itu diperbolehkan? Bagi yang membelinya juga bagaimana?
Setan itu satu-satunya musuh yang disebutkan berulang kali dalam al-Qur`an sebagai “musuh yang nyata” (‘aduwwun mubin). Musuh tidak selayaknya dibanggakan dengan dijadikan nama satu makanan yang dinilai istimewa. Bahkan dalam hadits diajarkan, sekedar menyebut sumpah serapah untuk setan pun dilarang oleh Nabi saw, sebab akan menjadikan setan takabbur. Setan akan merasa bahwa upayanya untuk mencelakakan manusia sudah berhasil, terbukti dengan sumpah serapah manusia untuk dirinya. Imam Ahmad meriwayatkan:

عَنْ أَبِي تَمِيمَةَ الْهُجَيْمِيِّ عَمَّنْ كَانَ رَدِيفَ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ كُنْتُ رَدِيفَهُ عَلَى حِمَارٍ فَعَثَرَ الْحِمَارُ فَقُلْتُ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَقَالَ لِي النَّبِيُّ ﷺ لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ تَعِسَ الشَّيْطَانُ تَعَاظَمَ الشَّيْطَانُ فِي نَفْسِهِ وَقَالَ صَرَعْتُهُ بِقُوَّتِي فَإِذَا قُلْتَ بِسْمِ اللَّهِ تَصَاغَرَتْ إِلَيْهِ نَفْسُهُ حَتَّى يَكُونَ أَصْغَرَ مِنْ ذُبَابٍ

Dari Abu Tamimah Al Hujaimi dari orang yang pernah dibonceng Nabi e ia berkata: Aku pernah dibonceng beliau menunggang keledai, kemudian keledai itu tergelincir, maka aku berkata: “Celaka setan.” Nabi e langsung bersabda kepadaku: “Jangan kamu katakan celaka setan, karena jika kamu mengatakan celaka setan, maka setan akan merasa bangga. Setan berkata; ‘Aku telah mengalahkannya dengan kekuatanku.’ Tapi jika kamu membaca ‘bismil-‘Llah’ maka setan akan merasa dirinya kecil hingga lebih kecil dari seekor lalat.” (Musnad Ahmad bab hadits radifin-Nabi saw no. 20591).
Seyogianya seseorang tetap dzikrullah ketika mengalami situasi yang tidak diinginkannya, seperti takbir, tasbih, istighfar, atau basmalah sebagaimana dianjurkan hadits di atas. Tidak soal membaca basmalah meski bukan untuk mengawali pekerjaan, sebab pada intinya basmalah mengajarkan adanya kesadaran bahwa semua yang terjadi sudah pasti karena kehendak Allah swt. Dan itulah maksud ajaran Rasul saw dalam hadits di atas.
Maka apalagi jika nama setan itu disebut-sebut sebagai sebuah kebanggaan untuk nama satu jenis makanan. Setan akan lebih berbangga diri karena ia sudah dibanggakan oleh manusia. Hal ini sudah disitir oleh Allah swt dalam surat al-Jinn [72] : 6 sebagai amal yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir, maka tidak pantas ditiru oleh umat Islam.
Hal yang seperti anda tanyakan juga termasuk pada “mengikuti langkah-langkah setan” yang banyak dilarang dalam al-Qur`an. Sebab ketika seseorang menyebut-nyebut setan dalam keadaan tidak merendahkannya, berarti ia telah mengikuti setan dan menjadi pencintanya.
Memberi nama sesuatu yang istimewa dengan “setan” juga berarti telah menjadi simpatisan setan, padahal Allah swt melarang setiap orang untuk menjadi simpatisan setan. Allah swt dengan tegas melarang manusia untuk menjadi ikhwanus-syaithan; saudara-saudara setan (QS. Al-Isra` [17] : 27), hizbus-syaithan; pasukan setan (QS. Fathir [35] : 6 dan al-Mujadilah [58] : 19), auliya`us-syaithan; wali-wali setan (QS. Ali ‘Imran [3] : 172 dan 175, an-Nisa` [4] : 76), dan qarin; teman setia setan (QS. az-Zukhruf [43] : 36-37). Memberi nama “setan” pada apapun yang dinilai istimewa berarti secara tidak sadar sudah menjadi seseorang yang sangat dekat dengan setan.
Konsekuensinya, maka semua tempat kuliner yang menawarkan menu-menu “setan” jangan dibeli, bahkan jangan didekati. Jika ikut membelinya berarti termasuk para simpatisan setan. Na’udzu bil-‘Llah min dzalik.