Kedahsyatan Tasbih

Tasbih adalah penolak bala. Tasbih adalah penghilang bencana dan musibah. Tasbih juga penghapus dosa meski itu sebanyak buih di lautan. Semuanya mungkin diperoleh dengan tasbih dalam makna yang sesempurnanya; tasbih di lisan dan amal. Secara lebih khusus lagi tasbih yang rutin dibaca di waktu pagi, petang, dan sebagian malam.


Al-Qalam mengabadikan kisah ashhabul-jannah; para petani atau pekebun yang hasil panennya rata dengan tanah dalam waktu satu malam. Padahal tinggal memetiknya saja, tetapi semuanya menjadi hitam gosong terbakar api. Para mufassir ada yang menyebutkan mereka adalah penganut Nashrani di daerah Yaman, ada juga yang menyebut mereka penduduk Habasyah/Ethiopia di Afrika (Tafsir Ibn Katsir). Pada saat itu orang baik di tengah-tengah mereka mengingatkan:

قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ٢٨ قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ٢٩

Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu)?”  Mereka mengucapkan: “Mahasuci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Qalam [68] : 28-29).
Tasbih yang dimaksud ayat di atas di antaranya mengucapkan in sya`al-‘Llah ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari (QS. Al-Qalam [68] : 17). Abai dari mengucapkan in sya`al-‘Llah adalah bentuk pengingkaran akan kemahakuasaan Allah swt dan bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya. Ini adalah wujud amal orang yang tidak bertasbih kepada Allah swt.
Kasus serupa dialami juga oleh salah seorang dari dua pekebun yang bersahabat sebagaimana difirmankan Allah swt dalam QS. Al-Kahfi [18] : 32-44. Meski kebunnya subur dan selalu berhasil dalam panennya, juga memiliki pekerja yang banyak, tetapi karena abai dari mengikrarkan ma sya`al-‘Llah la quwwata illa bil-‘Llah maka kebun itu kemudian rata dengan tanah.
Dua rangkaian di atas menegaskan bahwa tasbih adalah penolak bala dan malapetaka. Hidup yang selalu penuh dengan tasbih akan menjauhkan diri dari malapetaka.
Sementara itu, tasbih sebagai penghilang musibah tercermin dari kisah Nabi Yunus as ketika ia ditelan ikan paus di dalam lautan. Allah swt menegaskan:

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ١٤٣ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ١٤٤

Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang bertasbih, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit (QS. As-Shaffat [37] : 143-144).
Tasbih Nabi Yunus as di dalam perut ikan paus itu adalah:

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim (QS. Al-Anbiya [21] : 87).
Nabi saw dalam hal ini menjelaskan:

دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Do’a Dzun-Nun (Nabi Yunus as) ketika ia berdo’a di perut ikan paus: “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.” Sungguh tidak ada seorang muslim pun yang berdo’a dengannya untuk satu kepeluan apapun melainkan pasti Allah mengabulkannya (Sunan at-Tirmidzi bab no. 3505).
Selanjutnya tasbih yang bisa menghapus dosa-dosa meski itu sebanyak buih di lautan disabdakan Nabi saw:

مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Siapa yang mengucapkan: “Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya.” dalam satu hari sebanyak seratus kali akan dihapus dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan (Shahih al-Bukhari bab fadllit-tasbih no. 6405)
Dalam riwayat lain matannya:

مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِى سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ. لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

Siapa yang ketika pagi dan sore, membaca: “Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya.” sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dari itu (Shahih Muslim kitab adz-dzikr wad-du’a wat-taubah no. 7019).
Penyebutan tasbih dalam hadits di atas pada waktu pagi dan petang menunjukkan waktu prioritas untuk tasbih, sesuai dengan arahan al-Qur`an sendiri dalam berbagai ayatnya seperti Thaha [20] : 130, ar-Rum [30] : 17, Ghafir [40] : 55, dan Qaf [50] : 39.

فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا 

Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya (QS. Thaha [20] : 130).

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ١٧

Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh (QS. Ar-Rum [30] : 17).

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ٥٥

Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi (QS. Ghafir [40] : 55).
Di samping itu sangat dianjurkan juga bertasbih pada sebagian malam khususnya akhir malam dan pada setiap akhir shalat. Praktiknya bisa dengan shalat sunat dan memperbanyak bacaan tasbih ruku’ dan sujudnya atau membaca tasbih khusus di luar shalat dengan lafazh-lafazh tasbih yang diajarkan dalam al-Qur`an dan hadits di antaranya yang sudah dikutip di atas.
Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai shalat (QS. Qaf [50] : 40).

وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَإِدْبَارَ النُّجُومِ٤٩

Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar) (QS. At-Thur [52] : 49).

وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا٢٦

Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari (QS. Al-Insan [76] : 26).