Jumlah Raka’at Maksimal Shalat Dluha

Berapa jumlah raka’at maksimal Shalat Dluha? 08576677xxxx
Imam Muslim dalam kitab Shahihnya memberikan tarjamah sebagai berikut:

باب اسْتِحْبَابِ صَلاَةِ الضُّحَى وَأَنَّ أَقَلَّهَا رَكْعَتَانِ وَأَكْمَلَهَا ثَمَانِ رَكَعَاتٍ وَأَوْسَطَهَا أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ أَوْ سِتٌّ وَالْحَثِّ عَلَى الْمُحَافَظَةِ عَلَيْهَا

Bab: Dianjurkan shalat Dluha. Paling sedikit dua raka’at, paling sempurna delapan raka’at. Pertengahannya empat atau enam raka’at. Dianjurkan juga untuk merutinkannya.
Shalat Dluha paling sedikit dua raka’at didasarkan pada hadits Abu Dzar dimana Nabi saw menganjurkan shadaqah setiap hari dan itu bisa tercukupi dengan dua raka’at shalat Dluha. Demikian juga hadits Abu Hurairah dan Abud-Darda` yang diwasiati Nabi saw untuk tidak meninggalkan dua raka’at Dluha. Sementara raka’at Dluha paling sempurna delapan didasarkan pada hadits Ummu Hani` yang menceritakan Rasul saw shalat Dluha delapan raka’at pada hari fathu Makkah (pembebasan kota Makkah). Adapun yang pertengahan empat atau enam raka’at didasarkan pada hadits ‘Aisyah berikut:

كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُصَلِّى الضُّحَى أَرْبَعًا وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللَّهُ

Rasulullah saw shalat Dluha empat raka’at dan beliau menambahnya lagi sekehendak Allah.
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat Dluha paling banyak 12 raka’at. Ini dikemukakan oleh Imam ar-Ruyani didasarkan pada hadits-hadits yang menjelaskan fadlilah shalat Dluha 12 raka’at. Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, ada tiga hadits terkait hal ini, yaitu hadits Anas, Abu Dzar dan Abud-Darda`. Semuanya terdapat kelemahan, tetapi jika disatukan saling menguatkan dan bisa dijadikan hujjah—lakin idza dlumma ilaihi qawiya wa shaluha lil-ihtijaj bihi (Fathul-Bari bab shalatid-Dluha fis-safar). Meski demikian, al-Hafizh dalam at-Talkhishul-Habir mempertanyakan jika kemudian hadits ini dijadikan dalil batasan raka’at paling banyak shalat Dluha, sebab menurutnya tidak ada satu pun khabar/hadits yang membatasi jumlah raka’at maksimal shalat Dluha.
Syaikh Ibn Baz dan ‘Utsaimin dalam Majmu’ Fatawa-nya juga menyatakan hal yang sama. Tidak ada batasan dari Nabi saw berapa jumlah raka’at maksimal shalat Dluha. Berdasarkan hadits ‘Aisyah di atas diperkenankan shalat semampunya.
Terkait cara pelaksanaan shalat Dluhanya itu sendiri, menurut Syaikh Ibn Baz, sebaiknya dua raka’at-dua raka’at, berdasarkan hadits:

صَلاَةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى

Shalat (sunat) malam dan siang itu dua raka’at-dua raka’at [salam pada setiap dua raka’at] (Hadits ini terdapat dalam Bulughul-Maram no. 391. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibn Majah dan Ibn Hibban. Al-Hafizh Ibn Hajar menilainya shahih dalam at-Talkhishul-Habir).
Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fathul-Bari bab ma ja`a fit-tathawwu’ matsna-matsna menegaskan bahwa pelaksanaan shalat malam dan siang, termasuk Dluha, dua raka’at-dua raka’at, adalah pendapat yang dipegang oleh jumhur ‘ulama berdasarkan hadits di atas. Imam an-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim bab shalatil-lail matsna-matsna menegaskan hal yang sama dengan menyatakan afdlal (yang paling utama). Meski menurutnya dilaksanakan sekaligus empat atau delapan raka’at sekali salam juga diperkenankan. Wal-‘Llahu a’lam.