Batasan Syari’at Sujud Sahwi

Mohon penjelasan tentang batasan syari’at sujud sahwi. Apakah jika imam lupa tasyahhud awwal tetapi makmum mengingatkannya sehingga kembali duduk harus sujud sahwi juga? 0815-7350-xxxx
Penela’ahan kami atas penjelasan para ulama dalam berbagai kitab fiqih dan hadits meski masing-masingnya terdapat perbedaan, mengarah pada satu kesimpulan bahwa sujud sahwi (sujud karena lupa dan terlewat rukun shalat) dilakukan oleh seseorang yang lupa rukun wajib shalat dan otomatis akan menghilangkan keabsahan raka’at shalat. Tasyahhud awwal yang anda tanyakan termasuk rukun wajib shalat, jika lupa terlewat dan baru ingat di akhir atau ada yang mengingatkan sesudahnya, maka harus sujud sahwi. Dikecualikan jika sesuai dengan yang anda tanyakan, yakni seorang imam yang tidak jadi lupanya karena langsung diingatkan oleh makmum, maka otomatis tidak ada sujud sahwi.
Hadits-hadits seputar sujud sahwi memang sebatas kejadian lupa yang pernah dialami Nabi saw saja yakni lupa tasyahhud awwal dan kurang raka’at. Untuk tasyahhud awwal maka tidak ada tasyahhud pengganti melainkan cukup sujud sahwi, sementara untuk kurang raka’at maka harus ditambah dahulu, baru kemudian sujud sahwi.

عن عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بِهِمْ الظَّهْرَ فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ لَمْ يَجْلِسْ فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ حَتَّى إِذَا قَضَى الصَّلَاةَ وَانْتَظَرَ النَّاسُ تَسْلِيمَهُ كَبَّرَ وَهُوَ جَالِسٌ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ ثُمَّ سَلَّمَ

Dari ‘Abdullah ibn Buhainah: “Nabi saw shalat zhuhur berjama’ah. Lalu beliau berdiri sesudah dua raka’at (tidak duduk tasyahhud awwal) sehingga jama’ah pun ikut berdiri bersama beliau. Sehingga ketika henda mengakhiri shalat dan jama’ah menunggu salam, tiba-tiba beliau bertakbir sambil duduk lalu sujud dua kali sebelum salam, kemudian salam.” (Shahih al-Bukhari bab man lam yarat-tasyahhadal-awwal wajiban no. 829)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ مِنْ اثْنَتَيْنِ فَقَالَ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ أَقَصُرَتْ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَدَقَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ النَّاسُ نَعَمْ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى اثْنَتَيْنِ أُخْرَيَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ فَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw shalat dua raka’at (zhuhur/ashar). Lalu Dzulyadain bertanya: “Apakah shalat diqashar atau anda lupa wahai Rasulullah?” Beliau balik bertanya: “Bernarkah Dzulyadain?” Jama’ah menjawab: “Ya.” Rasul saw lalu berdiri dan shalat dua raka’at kemudian salam lalu bertakbir dan sujud seperti sujud sebelumnya atau lebih lama (Shahih al-Bukhari bab hal ya`khuzul-imam idza syakka bi qaulin-nas no. 714).
Dari dua hadits di atas diambil istinbath bahwa jika ada rukun wajib yang menentukan keabsahan raka’at shalat terlupa maka harus sujud sahwi. Termasuk di antaranya lupa ruku’ atau sujud seandainya itu benar terjadi. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa sujud sahwi bisa diamalkan sebelum salam atau sesudahnya.
Nabi saw juga memberlakukan sujud sahwi bagi yang lupa dan ragu jumlah raka’at yang sudah diamalkan. Maka seseorang yang mengalaminya harus memilih raka’at yang paling sedikit lalu menambahnya. Jika ragu antara 2 dan 3 raka’at maka pilih 2 raka’at lalu kerjakan raka’at ke-3 dan 4-nya. Di akhirnya kemudian sujud sahwi.

إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ

Apabila ragu salah seorang di antaramu dalam shalatnya, ia tidak bisa memastikan sudah berapa raka’at shalat apakah tiga atau empat, maka enyahkan yang ragu (empat) dan tetapkan yang yakin (tiga) kemudian sujud dua kali sujud sebelum salam. Jika ternyata ia shalat lima raka’at maka itu akan dihitung genap shalatnya. Jika ia ternyata benar shalat empat raka’at maka itu adalah lemparan telak untuk setan (Shahih Muslim bab as-sahw fis-shalat was-sujud lahu no. 1300).
Dalam konteks ini bisa berlaku juga untuk yang lupa sujud pertama atau kedua, maka tetapkan yang pertama, kemudian sujud lagi sebagai sujud keduanya, sesudah itu sujud sahwi. Wal-‘Llahu a’lam