Bahaya Dosa-dosa Sepele

Dosa-dosa sepele atau muhaqqarat adalah dosa-dosa kecil yang saking dianggap sepelenya menjadi banyak, atau ia adalah dosa-dosa besar yang dianggap sepele oleh para pelakunya. Kedua-duanya tidak ada baiknya. Kedua-duanya sama-sama membinasakan.


Klasifikasi dosa pada dosa besar dan dosa kecil didasarkan pada firman-firman Allah swt sebagai berikut:
an-Nisa` [4] : 31, as-Syura [42] : 37, dan an-Najm [53] : 32

إِن تَجۡتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَيِّئاتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡكُم مُّدۡخَلٗا كَرِيمٗا 

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga) (QS. an-Nisa` [4] : 31).

وَٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُواْ هُمۡ يَغۡفِرُونَ 

(Surga itu) Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf (QS. as-Syura [42] : 37).

ٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلۡمَغۡفِرَةِۚ

(Orang yang berbuat ihsan iitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya (QS. an-Najm [53] : 32).
Dalam tiga ayat di atas Allah swt jelas menyebutkan eksistensi dosa besar, dan dalam dua ayatnya membedakannya dari dosa kecil yang disebutkan pasti akan diampuni Allah swt selama dosa-dosa besar dijauhi. Jadi syarat dosa besar diampuni itu harus dijauhi, tidak cukup mengandalkan amal-amal shalih saja. Sementara dosa-dosa kecil cukup dengan memperbanyak amal shalih dan menjauhi dosa besar. Nabi saw juga dalam hadits bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadlan ke Ramadlan akan menghapus dosa-dosa (kecil) di antara keduanya apabila dosa-dosa besar dijauhi (Shahih Muslim bab as-shalawatul-khams wal-Jumu’ah ilal-Jumu’ah wa Ramadlan ila Ramadlan mukaffirat no. 574).
Dosa-dosa besar yang disebutkan dalam hadits di antaranya:

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ – ثَلاَثًا – الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَوْ قَوْلُ الزُّورِ

Perhatikan, aku beritahu kalian dosa yang paling besar. Syirik terhadap Allah, durhaka kepada orangtua, dan saksi palsu atau pengakuan dusta (Shahih Muslim bab bayanil-kaba`ir no. 269)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa saja itu?” Beliau menjawab: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan cara haq, makan riba, makan harta anak yatim, melarikan diri pada hari pertempuran, menuduh zina kepada perempuan yang menjaga dirinya, mukmin, dan jauh dari perbuatan nista.” (Shahih al-Bukhari bab qulil-‘Llah ta’ala innal-ladzina ya`kuluna amwalal-yatama no. 2766; Shahih Muslim bab bayanil-kaba`ir no. 272).
Al-Hafizh Ibn Katsir ketika menafsirkan QS. an-Nisa` [4] : 31 menjelaskan bahwa hadits-hadits di atas tidak berarti membatasi dosa besar pada sembilan jenis saja, sebab ada hadits-hadits lain yang menambahkannya juga. Para ulama hadits dalam kitab-kitab syarah hadits juga mengategorikan dosa-dosa yang diancam siksa kekal di neraka, divonis kafir, dan disediakan hukumannya di dunia sebagai dosa besar, seperti tidak menegakkan hukum Allah, meninggalkan shalat, enggan membayar zakat, sengaja tidak melaksanakan haji meski mampu, menista agama, bunuh diri, minum khamer, judi, zina, dan mencuri.
Di samping dosa-dosa besar tersebut ada juga “dosa-dosa sepele” yang sama membahayakannya. Istilah dalam haditsnya muhaqqarat jama’ dari muhaqqarah yang berasal dari kata ihtiqar/tahqir; menganggap sepele dan rendah. Maksudnya dosa-dosa yang dianggap sepele oleh pelakunya. Wujudnya bisa dosa-dosa yang memang kecil, tetapi karena dilaksanakannya sering maka menjadi dosa besar; atau juga dosa yang sebenarnya termasuk dosa besar tetapi dianggap sepele oleh pelakunya seiring perubahan zaman menjadi lebih jelek.
Muhaqqarat yang merupakan dosa-dosa kecil tetapi karena dianggap sepele menjadi besar, didasarkan pada sabda Nabi saw berikut yang dikutip dari Fathul-Bari bab ma yuttaqa min muhaqqaratidz-dzunub:

عَنْ عَائِشَة أَنَّ النَّبِيّ ﷺ قَالَ لَهَا: يَا عَائِشَة إِيَّاكِ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوب فَإِنَّ لَهَا مِنْ اللَّه طَالِبًا

Dari ‘Aisyah, bahwasanya Nabi saw bersabda kepadanya: “Hai ‘Aisyah, jauhilah olehmu dosa-dosa yang dianggap sepele karena sungguh akan ada yang menuntutnya dari Allah.” (Riwayat an-Nasa`i, Ibn Majah, dan dinilai shahih oleh Ibn Hibban).

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا بَطْنَ وَادٍ فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حَتَّى جَمَعُوا مَا أَنْضَجُوا بِهِ خُبْزَهُمْ، وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذُ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكُهُ

Jauhilah oleh kalian dosa-dosa yang dianggap sepele karena sungguh perumpamaannya seperti satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu seseorang membawa satu batang kayu, yang lainnya membawa satu kayu, sehingga mereka bisa mengumpulkan kayu bakar yang cukup untuk membuat roti. Sungguh dosa-dosa yang dianggap sepele itu ketika pelakunya dibalas dengannya pasti akan membinasakannya (Hadits Sahl ibn Sa’ad riwayat Ahmad dengan sanad hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa muhaqqarat itu adalah dosa-dosa yang sebenarnya kecil, tetapi karena sering dilakukannya maka menjadi besar. Maka kedudukannya sudah bukan lagi dosa kecil, melainkan dosa besar karena sudah menjadi banyak dan membesar. Tidak mungkin diampuni dengan amal-amal shalih, harus dijauhi sama sekali. Di sinilah bahayanya.
Muhaqqarat jenis kedua adalah dosa besar, tetapi dianggap sepele. Nabi saw dalam hal ini sudah bersabda:

عَنْ أَنَسٍ  قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنْ الشَّعَرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ مِنْ الْمُوبِقَاتِ

Dari Anas ra, ia berkata: “Sungguh kalian mengamalkan amal-amal yang itu lebih tipis daripada rambut dalam pandangan kalian tetapi sungguh kami dahulu pada zaman Nabi saw mengategorikannya sebagai amal-amal yang membinasakan.(Shahih al-Bukhari bab ma yuttaqa min muhaqqaratidz-dzunub no. 6492).
Dalam riwayat al-Isma’ili, pernyataan Anas ra itu adalah:

كُنَّا نَعُدُّهَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مِنْ الْكَبَائِر

Kami dahulu ketika bersama Rasulullah saw mengategorikannya dosa besar (Fathul-Bari).
Maka ini harus lebih diwaspadai lagi karena gejalanya sudah mulai semarak memasyarakatkan diri, sebut saja misalnya para pegiat riba, pemabuk, pezina, koruptor, pembunuh nyawa manusia, dan lain sebagainya.
Kuncinya kembali pada rasa takut dalam berbuat dosa, baik yang kecil apalagi yang besar. Jika ketakutan ini sudah tidak ada, maka dosa kecil akan disepelekan. Lama-lama dosa besar pun akan dianggap sepele juga. Shahabat Abu Ayyub al-Anshari dalam hal ini memberi nasihat:

إِنَّ الرَّجُل لَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيَثِقُ بِهَا وَيَنْسَى الْمُحَقَّرَاتِ فَيَلْقَى اللَّهَ وَقَدْ أَحَاطَتْ بِهِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَلَا يَزَالُ مِنْهَا مُشْفِقًا حَتَّى يَلْقَى اللَّه آمِنًا

Sungguh ada seseorang yang mengamalkan kebaikan dan ia merasa yakin dengannya sehingga mengabaikan dosa-dosa sepele, maka ia bertemu Allah dalam keadaan sudah dipenuhi dosa-dosa tersebut. Ada juga seseorang yang mengamalkan satu kejelekan tetapi ia merasa takut dengannya, sehingga ia bertemu Allah dalam keadaan aman (Fathul-Bari).
Wal-iyadzu bil-‘Llah